Tanah alfisol merupakan morfologi yang khas dari Alfosol dicirikan oleh horizon eluviasi dan iluviasi yang jelas, yang mana horizon permukaan umumnya berwarna terang karena dipengaruhi oleh beberapa jenis mineral seperti kuarsa yang dapat mempengaruhi warna tanah Alfisol lebih terang. (Hardjowigeno, 1987).
Perkembangan struktur yang berbeda diantara horizon juga merupakan morfologi yang khas dari Alfosol. Alfisol diartikan oleh horizon Argilik yaitu horizon B yang paling sedikit mengandung 1,2 kali lielt lebih besar daripada liat diatasnya. Horizon B utamanya Bt memperlihatkan struktur tersudut atau kubus, sedang sampai kuat. (Hardjowigeno, 1987).
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Buchman dan Brady, 1982).
Tanah Alfisol dilambangkan oleh tanah yang disebut Gray-Brown Podzolic dalam sistem lama. Alfisol mempunyai permukaan abu-abu sampai coklat, kandungan basa sampai sedang sampai besar dan mengandung horizon iluvial dimana menimbun lempung silikat. Horizon ini disebut Argilik. Jika hanya terdapat lempung silikat dan disbut natrik jika disamping lempung, lebih dari 15 % jenuh dengan natrium dengan berstruktur tiang dan pilar. Horizon lempung umumnya lebih dari 35 % jenuh basa. (Tejoyuwono, 1998).
Pada tanah Alfisol terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon Argilik) dan mempunyai kejenuhan
Tanah Alfisol
Tanaman Kedelai
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max)
Iklim
Kedelai (Glycine max) sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat-tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kabanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak kurang dari 600 m di atas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh bakik, jika ditanam di daerah beriklim kering.
Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena akan mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan Nitrogen. Namun ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam dan di permukaan tanah pada musim panas sekitar 35o – 39oC. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh
Agrohidrologi
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Hidrologi
Hidrologi mempelajari siklus air di alam raya. Siklus air atau siklus hidrologi meliputi kejadian-kejadian air menguap ke udara. Kemudian mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam tanah atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di danau atau laut, menguap lagi dan seterusnya ( Pairunan A. K, 1985 ).
Pergerakan air di bumi yang merupakan suatu system yang tertutup, yang berarti pergerakan air pada system tersebut selalu tetap berada pada sistemnya. Energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut dan badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angina melintasi daratan yang bergunung maupun pada daerah datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan ( Soewarno, 1991 ).
2. 2 Evaporasi
Evaporasi aadalah penguapan air dari permukaan tanah, air dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi ( radiasi ) matahari dan ketersediaan air. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan ( Asdak, 1995 ).
Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi baasah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer ( Rutter, 1971 ).
2. 3 Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-pori daun oleh proses fisiologi.
Sejarah Pertanian
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN
TENTANG SEJARAH PERTANIAN
Dosen pengampu : Ir. Rosanna Ch, MS.
Oleh :
ABDUL ROZAQ
29 009 029
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
1. SEJARAH PERTANIAN
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai dengan kebudayaan agraris.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah “bulan sabit yang subur” di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan
Asal mula perkembangan pertanian dimulai pada Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) pada zaman ini pertanian dikenal dengan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua. Karena mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
BAB I
DEFINISI TANAH, FUNGSI DAN PROFIL TANAH
1. Definisi Tanah
a. Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)
Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
b. Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)
Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo = i gumpal tanah. Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
c. Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)
Kata Edaphos = bahan tanah subur. Tanah adalah media tumbuh tanaman.
d. Perbedaan Pedologis dan Edaphologis
• Kajian Pedologis
Mengkaji tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan Pengetahuan Alam Murni. Kajian ini meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
• Kajian Edaphologis:
Mengkaji tanah berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.
• Paduan antara Pedologis dan Edaphologis:
Meliputi kajian: Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Tata Guna Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
e. Definisi Tanah (Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
1. Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
2. Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)
Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
3. Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)
Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.
Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut: "Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan”.
2. Fungsi Tanah
a. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
b. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara).
c. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara).
d. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, dan
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
3. Profil Tanah
Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb: O –A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari: O – A – E – B
Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A. Lapisan Tanah Bawah : E – B.
Keterangan:
• O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa).
• A : Horison mineral ber BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap.
• E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terang.
• B : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial).
• C : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
• R : Bahan Induk tanah
Kegunaan Profil Tanah :
a. Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O - A) dan solum tanah (O – A – E – B).
b. Kelengkapan atau differensiasi horison pada profil.
c. Warna Tanah.
Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :
a. Bahan Padatan berupa bahan mineral.
b. Bahan Padatan berupa bahan organik.
c. Air.
d. Udara.
Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.
4. Tanah – tanah utama di Indonesia
1. Jenis-jenis tanah pada lahan kering
Tanah-tanah yang biasa terdapat dilahan kering di Indonesia meliputi ordo ultisol (podsolid merah-kuning), Oxisol, Alfisol, inceptisol, dan Andosol.
Ultisol
Ultisol adalah tanah tua yang sudah mengalami tingkat pelapukan yang lanjut. Tanah ini dibentuk dari tufa masam, batu pasir, batu endapan pasir masam ; terletak diatas medan bergelombang hingga berbukit. Vegetasi utama adalah hutan tropic, padang alang-alang, melastoma dan pepakuan.
Kandungan mineral tanah mineral ini yang dapat dilapuk sangat rendah, sehingga suplai hara yang berasal dari tanah sangat kecil. Tanah ini bersifat masam (pH rendah). Kejenuhan basa kurang dari 35 %, kandungan liat tinggi, dengan kestabilan agregat yang sangat tinggi, kandungan bahan organik sangat rendah, sehingga miskin akan cadangan haranya.
Oxisol
Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami pelapukan lanjut. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga KTK rendah (< 16 Me/100 g liat). Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. sifat-sifat khusus tanah ini antara lain cadangan unsur hara sangat rendah, kesuburan alami sangat rendah, kandungan Al yang dapat dipertukarkan tinggi, permeabilitas baik, tahan trhadap erosi.
Proses pembentukan tanah yang utama pada tanah oxisol adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis mineral dominan pada tanah tersebut.
Alfisol
Alfosol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (horison argilik). Pelapukannya belum lanjut, tanah alfisol banyak ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan didaerah tropika dan subtropika terutama ditempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang.
Ada dua syarat untuk terbentuknya alfisol yaitu:
• Mineral liat kristalin jumlahnya sedang
• Terjadi akumulasi liat di horison B yang jumlahnya memenuhi syarat horison argilik, atau kandik.
Tanah alfisol adalah tanah yang ralatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin, dan kaya unsur hara. Alfisol dapat ditemukan di daerah datar sampai berbukit. Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuuhan basa tinggi, KTK tinggi, dan cadangan unsur hara tinggi.
Inceptisol
Inceptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan horison albik. Inceptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah disbanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Beberapa faktor yang memprngaruhi pembentukan inceptisol adalah :
• Bahan induk yang sangat resisten
• Posisi dalam landsekap yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah
• Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
Andosol
Tanah ini dujumapi didaerah curah hujan 2000 mm/tahun tanpa bulan kering yang pasti, iklim tergolong Afs, Cfa, atau CW terbentuk dari bahan induk tufa atau abu vulkan, terletak diatas medan datar, agak miring, bergelombang sampai di sekitar puncak gunung berapi. Vegetasi utama adalah hutan tropic lebat atau hutan daerah iklim sedang. Proses pembentukan tanah adalah alterasi lemah.
Solum tanah andosol agak tebal, berwarna hitam sampai kuning, mempunyai horison Al yang jelas dan B lemah, struktur kersai, konsistensi gembur, berminyak, tidak berbalik bila kering yang kadang-kadang membentuk pasir palsu dan fragipan, tekstur kaya debu. Reaksi tanah berkisar dari agak masam sampai netral, berkadar bahan organik kaya dilapidsan permukaan tetapi menurun dengan jeluk; kerapatan isi < 0,85, kejenuhan basa sedang dengan KTK liat > 24 Me/100 g, fiksasi P tinggi, mineral liat dominan alofan, permeabilitas sedang dan peka erosi air atau angin.
2. Jenis-jenis Tanah pada Lahan Basah
Beberapa jenis tanah yang banyak dijumpai pada lahan basah adalah Histosol dan Entisol.
Histosol
Tanah ini biasa disebut dengan tanah gambut, banyak dijumpai didaerah dengan curah hujan tahunan > 2500 mm/tahun, air tanah dangkal dan tidak mempunyai bulan kering yang berarti, iklim tergolong Af / Cf (koppen). Bahan induk berasal dari bahan organik hutan rawa dan rerumputan. Tanah ini banyak dijumpai didaerah datar pada dataran rendah atau didaerah cekungan dataran tinggi.
Tanah Histosol terbentuk bila produksi dan penimbunan bahan organik lebih besar dari bahan mineralisasinya. Keadaan demikian terdapat di tempat-tempat yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Akibatnya dekomposisi bahan organic terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik.
Tanah ini tidak mempunyai horizon, ketebalan solum tidak lebih dari 0,5 m, bewarna kroma mantap, teksturnya beragam, tanpa struktur atau berblok di lapisan atas, bahan organic fibrik, hemik, atau saprik dan bila bertekstur pasir maka berkadar bahan organic 20 % atau bila bertekstur liat berbahan organik 30 %. Untuk dapat digunakan bagi usaha pertanian tanah histosol harus dilakukan perbaikan drainase. Akibat perbaikan drainase tersebut terjadilah penyusunan volume tanah histosol. Kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada tanah histosol yang sudah diperbaiki drainasenya. Kebakaran pada tanah ini sering terjadi di bawah permukaan tanah sehingga sulit dikendalikan.
Entisol
Tanah ini disebut juga tanah alluvial. Jenis tanah ini dapat dijumpai pada daerah dengan beriklim beragam, terbentuk dari bahan induk alluvial atau koluvial. Proses tanpa struktur, konsistensi adalah lembab adalah teguh, basah adalah plastic, dan kering adalah keras. Reaksi tanah beragam, kadar bahan organic tergolong rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan KTK tinggi, kadar hara tergantung bahan induk, permeabilitas lambat dan peka erosi. Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Tanah entisol yang berasal dari tanah alluvium umumnya merupakan lahan yang subur.
BAB II
SIFAT – SIFAT DAN MORFOLOGI TANAH
1. Tekstur Tanah
Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1. Pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2. Debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3. Liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 kelas tekstur.